Monday, June 30, 2014

Adakah Dalil Shohih Shalat Iftitah (Shalat Sunah Sebelum Tarawih) ?


Pertanyaan Dari:
Alexander, Jambi
(disidangkan pada hari Jum’at, 15 Rabiulawal 1432 H / 18 Februari 2011 M)
Pertanyaan:
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Saya berdomisili di kota Jambi ingin menanyakan tentang salat iftitah yang sering dianjurkan oleh panitia kepada para jamaah sebelum shalat tarawih dimulai. Dalam hal ini saya percaya sepenuhnya bahwa Muhammadiyah adalah organisasi yang konsisten dan teguh dalam menjalankan sunnah. Oleh karena itu saya laksanakan anjuran tadi. Namun demikian ada hal yang agak mengusik pikiran saya, karena saya perhatikan tidak semua jamaah melakukannya padahal sebagian besar jamaah yang hadir adalah dari kalangan Muhammadiyah dan juga terdapat pula jamaah kajian salaf. Bahkan ada di antara mereka yang memandang aneh pelaksanaan salat iftitah tersebut. Sehubungan dengan itu, sudi kiranya bapak menjelaskan dalil tentang salat iftitah, agar saya dapat menjalankan ibadah dengan ilmu dan pengetahuan yang cukup bukan hanya ikut-ikutan.
Wassalamu ‘alaikum wr.wb.
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaan saudara, sebelum menjawab pertanyaan pokok saudara, kami sangat mengapresiasi pada sikap dan kemantapan saudara terhadap  Muhammadiyah. Apa yang saudara tanyakan sebenarnya pernah ditanyakan oleh pembaca Suara Muhammadiyah dan Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah memberikan jawabannya. Sebagai informasi kami sampaikan bahwa persoalan dan jawaban tentang salat iftitah, saudara bisa membaca:

  1. Buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) cet. III yang dicetak ulang pada bulan Oktober 2009  dalam Kitab Salat-salat Tathawwu’ tentang “salat Lail” hal. 344-359
  2. Buku Tanya Jawab Agama  jilid 1 cet VII hal. 91 dalam  pertanyaan “Salat Iftitah dalam salat Lail”
  3. Buku Tanya Jawab Agama jilid 3 cet I hal. 134-142 dalam pertanyaan “Salat Iftitah dalam salat Lail”
  4. Buku Tanya Jawab Agama jilid 4 cet II hal. 150-152 dalam pertanyaan “Doa salat Iftitah, Salat Iftitah jahr atau Sir, Salat Iftitah Berjamaah”
  5. Buku Tanya Jawab Agama jilid 5 cet I hal. 62 dalam pertanyaan “Salat Iftitah”
  6. Majalah Suara Muhammadiyah No.17/Th. Ke-92/1-15 September 2007, 18 Syakban - 3 Ramadhan 1428 dan No.18/Th. Ke-92/16-30 September 2007, 4-18 Ramadhan 1428 dalam Rubrik Tanya Jawab Agama dalam pertanyaan “Salat Lail, Salat Iftitah dan Doa Iftitah dalam Qiyamu Lail bagian (1) dan (2)”.  
Namun demikian, berikut ini kami sampaikan beberapa dalil yang berkaitan dengan salat iftitah sebagai berikut;
1-      عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ لِيُصَلِّيَ افْتَتَحَ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]
Artinya: "Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila akan melaksanakan salat lail, beliau memulai (membuka) salatnya dengan (salat) dua rakaat yang ringan-ringan." [HR. Muslim, bab ad-Du'a fi salat al-lail wa qiyaamih]

2-      عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. [رواه مسلم :الدعاء فى صلاة الليل وقيامه]
Artinya: "Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah saeorang dari kamu akan melakukan salat lail, hendaklah memulai salatnya dengan dua rakaat yang ringan-ringan." [HR. Muslim, bab ad-Du'a fi salat al-lail wa qiyaamih]
3-      حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ جَدِّي عَنْ خَالِدِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِلاَلٍ عَنْ مَخْرَمَةَ بْنِ سُلَيْمَانَ أَنَّ كُرَيْبًا مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ أَخْبَرَهُ أَنَّهُ قَالَ سَأَلْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ كَيْفَ كَانَتْ صَلاَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاللَّيْلِ قَالَ بِتُّ عِنْدَهُ لَيْلَةً وَهُوَ عِنْدَ مَيْمُونَةَ فَنَامَ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ أَوْ نِصْفُهُ اسْتَيْقَظَ فَقَامَ إِلَى شَنٍّ فِيهِ مَاءٌ فَتَوَضَّأَ وَتَوَضَّأْتُ مَعَهُ ثُمَّ قَامَ فَقُمْتُ إِلَى جَنْبِهِ عَلَى يَسَارِهِ فَجَعَلَنِي عَلَى يَمِينِهِ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي كَأَنَّهُ يَمَسُّ أُذُنِي كَأَنَّهُ يُوقِظُنِي فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ قَدْ قَرَأَ فِيهِمَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ صَلَّى حَتَّى صَلَّى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً بِالْوِتْرِ ثُمَّ نَامَ فَأَتَاهُ بِلاَلٌ فَقَالَ الصَّلاَةُ يَا رَسُولَ اللهِ فَقَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ صَلَّى لِلنَّاسِ [رواه أبو داود: الصلاة: فى صلاة الليل: 1157]
Artinya: “Abdul Malik bin Syu’aib bin al-Lais telah menceritakan kepada kami, ayahku telah menceritakan kepadaku, diriwayatkan dari kakekku, diriwayatkan dari Khalid bin Yazid, diriwayatkan dari Sa’id bin Abi, diriwayatkan dari Makhramah bin Sulaiman sungguh Kuraib hamba ibnu Abbas ia menceritakan bahwa dirinya berkata: Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, bagaimana salat Rasulullah saw pada malam hari dimana saya bermalan di tempatnya sedang beliau (Rasulullah) berada di tempat Maimunah, maka beliaupun tidur, apabila waktu  telah memasuki sepertiga malam atau setengahnya beliau bangun dan menuju ke griba (wadah air dari kulit) kemudian beliau berwudlu dan aku pun berwudlu bersama beliau, lalu beliau berdiri (untuk melakukan salat) dan aku pun berdiri di sebelah kirinya, maka beliau menjadikan aku berada di sebelah kanannya, kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku, seolah-olah beliau memegang telingaku, seolah-olah beliau membangunkanku, kemudian beliau salat dua rakaat ringan-ringan, beliau membaca ummul-Qur’an pada setiap rakaat, kemudian beliau mengucapkan salam sampai beliau salat sebelas rakaat dengan witirnya, kemudian beliau tidur. Maka sahabat Bilal menghampirinya sambil berseru; waktu salat wahai Rasulullah, lalu beliau bangkit (bangun dari tidurnya) dan salat dua rakaat, kemudian memimpin salat orang banyak.[HR Abu Dawud,kitab as-Salat, bab fi salat al-Lail, hadis no. 1157]
Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa di dalam buku Tuntunan Ramadan yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah hal 87-88 dijelaskan bahwa dari hadis-hadis yang terdapat dalam HPT hal 344-359, di antaranya yang dikutip di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Salat iftitah dua rakaat dilakukan sebelum melaksanakan qiyamu lail atau qiyamu Ramadan
2. Cara melakukan salat iftitah dua rakaat tersebut yaitu pada rakaat pertama setelah takbiratul-ihram membaca doa iftitah “Subhanallah dzil malakuti wal jabaruti wal kibriya-i wal-‘adzamah”, kemudian membaca surat al-Fatihah, dan pada rakaat kedua hanya membaca surat al-Fatihah (dalam dua rakaat salat iftitah hanya membaca al-Fatihah tidak membaca surat lain)
Demikian dalil dan penjelasan singkat tentang salat iftitah semoga saudara dapat memiliki buku-buku yang kami sebutkan di atas untuk dijadikan sebagai wawasan pengetahuan dan menjadi pedoman dalam melaksanakannya.
Wallahu a’lam bish-shawab. *A.56h)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

DPP IMM 2014-2016 Resmi Dilantik

Pada Senin 30 Juni 2014 DPP IMM periode 2014-2016 resmi dilantik. Acara ini bertempat di gedung dakwah PP Muhammadiyah Jakarta. Para kader IMM khususnya yang berdomisili di DKI Jakarta turut meramaikan acara ini. Acara ini dihadiri oleh pula oleh gerakan-gerakan mahasiswa, ortom Muhammadiyah, PP Muhammadiyah dan pejabat pemerintah. Seusai acara ini, diadakan buka puasa bersama.

Surat keputusan dibacakan oleh Abdul Rahman selaku Sekretaris Jenderal DPP IMM. Setelah itu diikuti pembacaan sumpah pelantikan dipimpin oleh Abdul Mu'thi Sekretaris PP Muhammadiyah. Lalu dilanjutkan dengan simbolis serah terima jabatan dari DPP IMM 2012-2014. Setelah itu, dilanjutkan dengan rangkaian sambutan oleh ketua DPP IMM demisioner, ketua DPP IMM terpilih, Fokal IMM dan PP Muhammadiyah.

Dalam sambutannya, Benny Pramula ketua DPP IMM 2014-2016 menegaskan bahwa IMM tidak berpihak pada salah satu partai politik. Lalu Benny pun mengajak kader-kader IMM bersama gerakan mahasiswa lain untuk kembali mengambil peran dalam isu-isu kebangsaan. Selanjutnya sambutan dari PP Muhammadiyah disampaikan oleh Abdul Mu'thi. Dalam sambutannya Abdul Mu'thi menegaskan trilogi kekaderan yakni kader persyarikatan, kader umat dan kader bangsa. Kader-kader IMM hendaknya bisa berperan dalam tiga ranah kekaderan ini. [rob/sp]

Karena Hijab, Mantan Model Playboy Masuk Islam


Malaysia- Mantan model majalah Playboy asal Malaysia, Felixia Yeap memutuskan untuk menjadi mualaf. Alasannya, karena ia jatuh cinta dengan hijab, 
 
Felixia mulai tertarik dengan Islam setelah sebulan menjadi model salah satu hijab ternama. Melalui akun facebooknya, Felixia mendeklarasikan pernyataan keislamannya yang akan diresmikan pada 3 Juli mendatang yang juga merupakan hari ulang tahunnya.

"Saya berharap semua orang berdoa saya teguh dan berkomitmen dalam perjalanan baru saya," kata Felixia seperti dilansir OnIslamNet, Ahad (29/6).

Model berusia 28 tahun itu menuturkan awal mula tertarik kepada jilbab saat ia menerima tawaran untuk pameran di suatu kesempatan. Sejak saat itu, ia menilai pemakaian jilbab bukan semata sebagai pakaian tetapi juga bentuk kenyamanan.

"Saya yakin saya bernilai lebih dari sekedar memamerkan tubuh saya. Saya lebih dari ini,” ucap model yang pernah berpose untuk Playboy Filifina tersebut.

Saat mengumumkan rencananya untuk beralih ke Islam, ia pun mengaku mendapat dukungan luas oleh penggemarnya.

"Hanya Allah yang dapat membalas semua orang yang berdoa untuk kehidupan baru saya," tambahnya. [sp/rol]

Muslimah Cantik Ini Jadi Wasit Berjilbab Pertama Di Italia


Milan – Untuk pertama kali dalam sejarah sepak bola Italia, pertandingan sepak bola dipimpin oleh wasit perempuan yang mengenakan jilbab.
Namanya Chahida Chekkafi, seorang gadis Italia berdarah Maroko yang menjadi wasit pada pertandingan tim laki-laki antara San Luigi lawan Karimou Stradevar, di Utara Italia.

Berdasarkan laporan Marocco World News, Chekkafi lahir dan tumbuh besar di Italia, namun ibunya seorang pemain sepak bola di Maroko. Aksinya memimpin pertandingan sepak bola di Italia sempat menjadi headline media-media setempat.

Karena usianya masih 16 tahun, Chekkafi baru bisa memimpin pertandingan untuk liga junior di Italia.

Bulan lalu, harian ternama Corriere Della Sera membahas hal ini dalam artikel di halaman pertama. Terdapat komentar dari Presiden Asosiasi Wasit Italia, Marcello Nicchi, yang mendeskripsikan Chekkafi sebagai ‘gadis muda pemalu namun bertalenta dan punya tekad. [sp/bolaskor]

Saturday, June 28, 2014

Khutbah Rasulullah SAW Menyambut Ramadhan

“Wahai manusia! Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa barokah, rahmah, dan maghfirah. Bulan yang paling mulia pada sisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari yang paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan olehNya. 

Pada bulan ini nafasmu menjadi tasbih, tidurmu ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah. Bermohonlah kepada Allah Rabb-mu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakukan shaum dan membaca kitabNya. Celakalah orang yang tidak mendapatkan ampunan Allah pada bulan yang agung ini. 

Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan pada hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fuqara dan masakin. Muliakanlah orang tuamu, sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali silaturahmimu. Jagalah lidahmu. Tahanlah pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya. Tahanlah pula pendengaranmu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya. Kasihanilah anak-anak yatim, niscaya anak-anak yatimmu akan dikasihi manusia.

Bertaubatlah kepada Allah dari dosa-dosamu. Angkatlah tangan-tangan untuk berdoa pada waktu shalatmu karena itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah Azza wa Jalla memandang hamba-hambaNya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka yang menyeruNya, menyambut mereka ketika mereka memanggilNya, dan mengabulkan mereka ketika mereka berdoa kepadaNya. 

Wahai manusia! Sesungguhnya disebabkan diri kalian tergadai karena amal-amal kalian, maka bebaskanlah dengan istighfar. Karena punggung-punggungmu berat karena beban dosamu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu. Ketahuilah, Allah Ta’ala bersumpah dengan segala kebesaranNya bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud , dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan Rabbul ‘Alamin.

Wahai manusia! Barang siapa diantaramu memberi makanan untuk berbuka kepada orang-orang mukmin yang melaksanakan shaum pada bulan ini, maka pada sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan ia diberi ampunan atas dosa-dosanya yang lalu. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, kami semua tidaklah mampu berbuat demikian.” Rasulullah meneruskan khutbahnya,”Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.”

Wahai manusia! Barangsiapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini, dia akan berhasil melewati shirath pada hari ketika kaki-kaki tergelincir.

Barangsiapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) pada bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaanNya pada hari kiamat. Barangsiapa yang menahan kejelekannya pada bulan ini, Allah akan menahan murkaNya pada hari ia berjumpa denganNya. Barangsiapa memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakannya pada hari ia berjumpa denganNya. Barangsiapa menyambung tali persaudaraan pada bulan ini, Allah akan menghubungkan dia dengan rahmatNya pada hari ia berjumpa denganNya. Barangsiapa memutuskan kekeluargaan pada bulan ini, Allah akan memutuskan dari rahmatNya pada hari ia berjumpa denganNya. Barangsiapa melakukan shalat sunnah pada bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Barangsiapa melakukan shalat fardhu, baginya ganjaran seperti melakukan tujuh puluh shalat fardhu pada bulan yang lain.

Wahai manusia! Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar tidak akan pernah menutupkannya bagimu. Pintu-pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabb-mu agar tidak akan pernah dibukakan bagimu. Syetan-syetan terbelenggu, maka mintalah agar mereka tidak lagi pernah menguasaimu.” 

Amirul Mukmini, Ali bin Abi Thalib berdiri dan berkata,”Ya Rasulullah, apa amal yang paling utama pada bulan ini?” “Ya Abu Al-Hasan, amal yang paling utama pada bulan ini adalah menjaga diri dari apa yang diharamkan Allah.” Jawab Nabi Salalluhu ‘Alaihi Wassalam. (Mutafaq ‘alaih).(SP)


Friday, June 27, 2014

Muhammadiyah Hargai Sikap Pemerintah Bebaskan Masyarakat Pilih Awal Puasa

Meski telah menetapkan 1 Ramadan 1435 H jatuh pada hari Minggu 29 Juni 2014, Kementerian Agama (Kemenag) memberikan kebebasan kepada muslim yang mulai puasa tak di hari itu. Muhammadiyah yang sudah mulai berpuasa besok, mengapresiasi keputusan pemerintah.

"Kami memberikan penghargaan kepada Menteri Agama Pak Lukman Hakim Saifuddin yang mengedepankan pendekatan ukhuwah Islamiyah dalam mengahdapai perbedaan. Pemerintah memang berkewajiban menetapkan 1 Ramadan dan 1 Syawal tetapi tetap menghormati kalangan yang memiliki keyakinan berbeda," kata Ketum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin usai sidang isbat di Kemenag Jl MH Thamrin, Jumat (27/6/2014).

Hal itu dikatakan Din menjawab pertanyaan wartawan soal tanggapan Muhammadiyah terhadap keputusan sidang isbat pemerintah. Diketahui, Muhammadiyah telah memutuskan lebih dulu bahwa 1 Ramadan 1435 H jatuh pada 28 Juni 2014.
Din yang datang sebagai ketua MUI mengimbau agar umat Islam di Indoesia bisa tetap menghargai perbedaan yang ada. Nantinya Din berharap perbedaan soal penentuan awal Ramadan ini bisa diselesaikan dengan baik.

"Perbedaan yang ada ini akan diselesaikan dengan pendekatan yang lebih baik lagi agar definisi hilal bisa terselesaikan," ucap Din.

Sebelumnya di kesempatan yang sama, Menag Lukman Hakim mengatakan pemerintah membebaskan kepada umat Islam yang memulai puasa Ramadan tidak bersamaan dengan penetapannya.

"Meski Kementerian Agama menetapkan awal Ramadan 1435 H jatuh pada 29 Juni, tapi pemerintah juga memberikan keleluasaan bagi warga negaranya, khususnya yang beragama Islam yang akan menjalankan puasa 1 Ramadannya tidak sama dengan yang ditetapkan pemerintah," ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin.

Sidang isbat digelar tertutup. Sidang Isbat dihadiri Ketua Umum MUI Din Syamsuddin, KH Maruf Amin, pewakilan Muhammadiyah, NU, dan sejumlah ormas Islam lainnya. Perwakilan dari dubes negara Islam dan ahli astronomi dari LAPAN dan Planetarium Jakarta juga hadir.(detik/SP)

Pemerintah Bebaskan Umat Islam Memulai Awal Ramadan

Pemerintah melalui Kementerian Agama menetapkan 1 Ramadan 1435 H jatuh pada Minggu (29/6/2014). Meski begitu, pihak Kemenag membebaskan kepada umat Islam yang memulai puasa Ramadan tidak bersamaan dengan penetapannya.

"Meski Kementerian Agama menetapkan awal Ramadan 1435 H jatuh pada 29 Juni, tapi pemerintah juga memberikan keleluasaan bagi warga negaranya, khususnya yang beragama Islam yang akan menjalankan puasa 1 Ramadannya tidak sama dengan yang ditetapkan pemerintah," ujar Menag Lukman Hakim Saifuddin.

Hal ini disampaikan Lukman usai sidang isbat di kantor Kemenag Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (27/6/2014).

Kebebasan ini diberikan mengingat keputusan tersebut berkaitan dengan peribadatan. "Sehingga tidak dalam posisi pemerintah untuk memaksa semua mengikuti," imbuhnya.

Meski begitu, sidang isbat ini memang harus dilaksanakan untuk melaksanakan perintah UU No 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama. Di dalam UU itu, pemerintah diamanatkan untuk menetapkan tanggal 1 Ramadan agar umat Islam dapat memiliki kepastian hukum dan pedoman dalam melaksanakan ibadahnya.

"Pemerintah bertanggung jawab memberi pedoman dan arahan kapan puasa akan dimulai," imbuhnya.

Sidang isbat digelar tertutup. Sidang Isbat dihadiri Ketua Umum MUI Din Syamsuddin, KH Maruf Amin, pewakilan Muhammadiyah, NU, dan sejumlah ormas Islam lainnya. PErwakilan dari dubes negara Islam dan ahli astronomi dari LAPAN dan Planetarium Jakarta juga hadir. (detik/SP)

Jutaan Warga Muhammadiyah Laksanakan Shalat Tarawih

Masjid Al Furqon Tangerang
Malam ini, Jumat (27/6) warga Muhammadiyah mulai jalankan ibadah shalat tarawih pertama. Di Masjid PP Muhammadiyah sholat tarawih diikuti kurang lebih sekitar 100 jamaah, shalat tarawih dilaksanakan tepat pada pukul 19.45 WIB dipimpin oleh Imam Agus tri Sundani yang juga merupakan kordinator Dakwah Khusus PP Muhammadiyah.

Agus tri dalam ceramahnya mengatakan hingga matahari terbenam bulan masih diatas ufuk 0 derajat 30 menit 40 detik yang berdasarkan metode hisab Hakiki Wujudul Hilal, Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadhan pada hari Jumat. Shalat Tarawih ini juga sekaligus menandai mulai Sabtu warga Muhammadiyah mulai menjalankan ibadah puasa.

"Muhammadiyah yakin dengan metode ini, ramadhan sudah masuk malam ini," kata Agustri di Masjid PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat (27/6).

Sementara Pemerintah baru akan menetapkan 1 Ramadhan melalui hasil keputusan rukyat yang jatuh pada hari Ahad (29/6).

Meski berbeda mengenai pelaksanaan pertama puasa, Agustri tidak mempermasalahkan hal tersebut. Menurutnya, perbedaan pelaksanaan puasa hendaknya tidak menjadi perdebatan umat muslim pada umumnya. Pasalnya, perbedaan terjadi karena metode penentuannya saja.

Sementara itu di Makassar, Sulawesi Selatan, Warga Muhammadiyah telah menjalankan sholat terawih, Jumat malam (27/6).

Ketua Majelis Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Makassar, Ustadz Mirajuddin di Makassar, Jumat, mengatakan semua warga Muhammadiyah dan masjid-masjid binaan Muhammadiyah sudah melaksanakan sholat terawih.

Sejumlah masjid yang telah melaksanakan sholat terawih diantaranya Masjid Tamirul Masajid Jalan Banda, Masjid Pusat Dakwah Muhammadiyah Tamalanrea, Masjid Unismuh Jalan Talasalapang, Masjid Ridho Karunrung Jalan Tamalate I dibawah naungan Majelis Tabligh Muhammadiyah.


Mirajuddin mengatakan ada sekitar 40 masjid Muhammadiyah di Makassar sedangkan masjid binaan mencapai 150 masjid.

"Masjid binaan ini dua pekan lalu sudah mengirimkan surat minta pengiriman mubaligh. Selain itu mereka juga telah meminta untuk mengisi kutbah jumat selama satu tahun," katanya.

Di Pamekasan Madura Empat masjid Muhammadiyah dipadati jamaah shalat tarawih sebagai ibadah sunnah sehari sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1435 H yang bertepatan tanggal 28 Juni 2014.

Keempat masjid itu, Masjid Al Falah di Jalan Dirgahayu, Masjid Ridwan di Jalan Mandilaras, Masjid Al Munawarah di Jalan Segara, dan Masjid Kartini di Jalan Kartini.

Ustadz Mukhsin, salah seorang tanwir Masjid Al Falah menjelaskan, kalangan umat Muhammadiyah memulai berpuasa Sabtu (28/6) besok.


Sementara itu laporan dari Sorong Papua, warga Muhammadiyah Sorong telah usai menjalankan Shalat Tarawih ketika sidang isbat Kemenag belum diumumkan, mengingat perbedaan waktu antara jakarta dan sorong cukup jauh.(antara/tempo/tribun/SP)

Galeri Foto :
PRM Petir Tangerang

Tanggerang


Sorong, Papua
Masjid Al-Huda Ranting Muhammadiyah Pulo, Depok

PDM Bireuen Aceh


Masjid Gedhe Kauman Jogja Shalat Tarawih Malam Ini

JOGJA- Mulai Jumat (27/6/2014) malam Masjid Gedhe Kauman menyelenggarakan shalat tarawih. Mesjid Gedhe Kauman adalah masjid raya Kesultanan Yogyakarta, atau Masjid Besar Yogyakarta, yang terletak di sebelah barat kompleks Alun-alun Utara Kraton Yogyakarta.

Masjid Gedhe Kauman malam ini melaksanakan Sholat Tarawih sama halnya dengan Maklumat PP Muhammadiyah yang menetapkan 1 Ramadhan 1435 H jatuh pada hari sabtu 28 Juni 2014 M sehingga mulai Jum'at malam ummat islam akan laksanakan sholat tharawih.

Menurut Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Ustadz Budi Setiawan selama Ramadhan Masjid Gedhe Kauman akan disemarakkan dengan berbagai kegiatan antara lain :
1. Tarawih Dini Hari
Bertempat di pawestren, sebelah selatan ruang utama Masjid Gedhe.
Berkapasitas kurang lebih 40 sampai 80 orang. Sebagian besar jama’ah adalah laki-laki.
2. Donor Darah
 Bertempat di serambi dan halaman masjid. Tahun lalu peserta donor darah lebih dari 500 pendaftar, darah yang diterima lebih dari 300 kantong darah. Kerja sama antara Masjid Gedhe dangan PMI dan SCTV. Cara pendaftaran peserta setelah buka puasa di serambi Masjid  Gedhe. Pelaksanaan kegiatan ini pada tanggal 6 Juli 2014.

3. Takjilan Gule Kambing
 Menu spesial gule kambing ini akan diadakan setiap hari Kamis. Biasanya diikuti lebih dari 1.200 peserta yang berbuka puasa di Masjid  Gedhe. Acara dilaksanakan di serambi masjid, dimulai pukul 17.00.

4. Tarawih Satu Juz
 Sholat tarawih satu juz ini khusus dilaksanakan untuk memfasilitasi jama’ah yang menginginkan pembacaan surat panjang dan memotivasi  agar jama’ah lainnya khusuk dalam sholat tarawih.

5. Iktikaf
 Tempat untuk iktikaf biasanya di ruang utama serambi, pawestren, dan yatihun. Iktikaf akan dilaksanakan biasanya 10 hari terakhir  Ramadhan. Peserta mencapai lebih dari 300 orang.

6. Tadarus Al-Qur’an
 Diikuti sedikitnya ada 30 orang, dibagi menjadi 3 kelompok, yang terdiri dari tadarus jama’ah putra dan tadarus jama’ah putri. Tempat untuk  tadarus di serambi dan diadakan setelah tarawih.

7. Nuzulul Qur’an
 Akan dilaksanakan pada hari senin 14 Juli, di serambi setelah sholad tarawih. Kegiatan ini mempunyai penjelasan yang lebih komprehensif  dibandingkan ceramah biasa. Pada saat Nuzulul Qur’an, sholad tarawih dilakukan sebelum pengajian Nuzulul Qur’an. Biasanya jama’ah  lebih dari 300 orang.

8. Khataman
 Diadakan di serambi masjid, dengan format yang berbeda dibandingkan dengan tadarus biasa, selain itu terdapat pengajian khusus  khataman. Peserta khataman mencapai kurang lebih 60 orang.

9. Oblok-oblok 1 Syawal
 Diadakan setelah sholad subuh, sebelum sholad Idul Fitri. Kegiatan ini diikuti sekitar 100 sampai 300 orang dan disambung dengan Halal bi  Halal.

10. Kajian Kitab
 Kajian kitab ini setelah ceramah subuh hingga waktu syuroq. Pesertanya berkisar 10 sampai 50 orang. Terdapat sesi tanya jawab, kajian  ini diadakan di serambi masjid.

Sementara itu dipastikan ratusan Masjid dan Mushola dibawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah akan menyelenggarakan Shalat Tarawih pada malam hari ini (SP)

Thursday, June 26, 2014

“Ijtihad Progresif” dan Penyatuan Kalender Islam

DALAM khazanah pemikiran kalender Islam, khususnya di Indonesia, dikenal istilah wujudul hilal dan visibilitas hilal (imkanur rukyat). Kehadiran wujudul hilal merupakan sintesa kreatif atau “jalan tengah” antara teori ijtimak (qabla al-ghurub) dan teori visibilitas hilal atau jalan tengah antara hisab murni dan rukyat murni. Karenanya bagi teori wujudul hilal metode yang dibangun dalam memulai tanggal satu bulan baru pada kalender Islam tidak semata-mata proses terjadinya konjungsi tetapi juga mempertimbangkan posisi hilal saat matahari terbenam (sunset). Dengan kata lain awal bulan kamariah dimulai bila telah terjadi konjungsi, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, dan matahari terbenam terlebih dahulu dibandingkan bulan (moonset after sunset).

Sementara itu visibilitas hilal adalah bangunan teori yang bersumber dari pengalaman “subjektif” para pengamat. Sehingga melahirkan beragam varian, misalnya teori visibilitas hilal yang dikembangkan MABIMS, Turki (1978), Mohammad Ilyas, Mohammad Syawkat Audah (Odeh), dan Hamid Mijwal Naimiy. Teori ini menyatakan awal bulan kamariah dimulai bila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, seperti telah terjadi konjungsi, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam, elongasi, umur bulan, mukuts, dan ketinggian hilal.

Ada pertanyaan yang perlu diajukan, mengapa teori visibilitas hilal lebih populer di lingkungan astronom? Menurut saya, para astronom, sesuai dengan era perkembangan awalnya, masih dipengaruhi oleh pola pikir positivistik-empirik. Meskipun demikian dalam hierarki dan klasifikasi hisab, wujudul hilal dan visibilitas hilal masuk satu rumpun yaitu hisab ijtimak dan posisi hilal di atas ufuk. Sekilas tampak jelas bahwa keduanya bersumber dari pemahaman dan pengalaman serta memiliki tingkat kepastian yang sama.

Namun dalam perjalanannya implementasi visibilitas hilal di Indonesia tidak sesuai konsep awal yang dirumuskan. Dalam praktiknya visibilitas hilal hanya digunakan sebagai pemandu observasi hilal, khususnya dalam menentukan awal bulan Ramadan dan Syawal. Sehingga tidak salah bilamana sebagian masyarakat menganggap visibilitas hilal tak ubahnya seperti rukyatul hilal karena telah terjadi pergeseran makna, tidak memiliki kepastian, dan tidak empirik. Bukti kongkret aplikasi teori visibilitas hilal MABIMS di Indonesia dalam penentuan awal bulan Rajab 1434 H. Data hisab menunjukkan konjungsi terjadi pada hari Jum’at 10 Mei 2013 pukul 07.28 WIB, elongasi 4 derajat 40 menit 54 detik, umur bulan 10 jam, dan ketinggian hilal 3 derajat 41 menit 45 detik.

Berdasarkan teori visibilitas hilal MABIMS, data di atas memungkinkan hilal teramati. Namun realiatasnya para pengamat tidak berhasil, seperti dilaporkan oleh Tim Lajnah Falakiyah PB NU dan Kemenag RI yang melakukan observasi di Balai Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur. Meskipun hilal tidak teramati awal bulan Rajab 1434 H tetap jatuh pada hari Sabtu 11 Mei 2013 sebagaimana yang telah ditetapkan oleh teori wujudul hilal. Peristiwa ini bukanlah yang pertama. Adalah pertanyaan yang sulit dijawab bagaimana “logika berpikir” tersebut dapat dioperasionalisasikan di lapangan ketika umat Islam menginginkan penyatuan kalender Islam.

Bahkan Mohammad Syawkat Audah menyatakan saat ini dunia Islam yang memiliki kalender Islam yang mapan adalah Turki dan Malaysia. Keduanya secara konsisten menggunakan teori visibilitas hilal sejak Muharam hingga Zulhijah tanpa menunggu hasil observasi. Pernyataan ini dalam konteks Indonesia mengisyaratkan bahwa wujudul hilal lebih mapan dan memberi kepastian dalam struktur kalender Islam dibandingkan visibilitas hilal. Artinya visibilitas hilal yang digunakan pemerintah Indonesia belum diakui di tingkat global. Sebab dalam praktiknya untuk menentukan awal bulan kamariah, khususnya awal Ramadan dan Syawal masih harus menunggu hasil observasi. Dengan kata lain visibilitas hilal yang digunakan tidak sesuai makna asal.

Oleh karena itu diperlukan terobosan melalui “ijtihad progresif “ bahwa penyatuan penentuan awal bulan kamariah di Indonesia tidak semata-mata penyatuan metode hisab dan rukyat. Apalagi memaksakan penggunaan visibilitas hilal yang tidak autentik alias visibilitas hilal cum rukyatul hilal. Tetapi yang diperlukan adalah “penyatuan kalender Islam” berbasis riset yang komprehensif. Sehingga umat Islam Indonesia memiliki kalender Islam yang mapan bersendikan agama dan sains. Semoga………

Wa Allahu A’lam bi as-Sawab

Susiknan Azhari

 Sumber Foto : Dokumen Museum Astronomi Islam



Anwar Ibrahim dan Muhammadiyah Bicara Peradaban Islam

Dr. Anwar Ibrahim berceramah didampingi
ketua PWM Jabar dan M. Habib Chirzin
Pada hari Kamis 26 Juni 2014 Dato Seri Anwar bin Ibrahim bersilaturahim bersama pimpinan PWM Jawa Barat. Acara ini diadakan oleh Majelis Hikmah dan Kebijakan Publik PWM Jabar. Selain pimpinan PWM, acara ini pun dihadiri civitas Muhammadiyah lainnya seperti utusan PDM, AUM dan Ortom. 

Tokoh oposisi Malaysia ini berceramah dan berdiskusi mengenai Peradaban Islam di Asia Tenggara. Hal yang dibahas yaitu isu-isu keilmuan, politik dan ekonomi Malaysia dan Indonesia. Dr. Anwar Ibrahim menekankan pentingnya tradisi ilmu dalam membangun sebuah peradaban. Selain itu, good governance dan stabilitas perekonomian menjadi penopang peradaban Islam. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan para peserta dijawab oleh beliau dengan baik.

Setelah Dr. Anwar Ibrahim meninggalkan majelis, diskusi dilanjutkan dengan pemateri M. Habib Chirzin. Beliau menyarankan agar bulan Ramadhan dijadikan momentum untuk gerakan anti korupsi. Hal ini dalam rangka memberantas budaya korupsi di negara ini. Selain itu, beliau pun menceritakan bagaimana Muhammadiyah menjadi tempat belajar bagi negara tetangga. Negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Kamboja dll. menjadikan Muhammadiyah sebagai model untuk membangun civil society di negaranya.

Penjelasan Hasil Hisab Muhammadiyah Tentang 1 Ramadhan 1435 H

Data dan kesimpulan sebagaimana dimuat dalam Hasil Hisab Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang merupakan lampiran dari Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah didasarkan pada “hisab hakiki” dengan kriteria “wujudul-hilal”. Hasil perhitungan tersebut, khususnya mengenai terbenam Matahari dan tinggi Bulan menggunakan marjak Yogyakarta dengan koordinat: lintang () = -07 48 dan bujur () = 110 21 BT.

“Hisab Hakiki” adalah metode hisab yang berpatokan pada gerak benda langit, khususnya Matahari dan Bulan faktual (sebenarnya). Gerak dan posisi Bulan dalam metode ini dihitung secara cermat untuk mendapatkan gerak dan posisi Bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya. Adapun “wujudul-hilal” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat Matahari terbenam, Bulan belum terbenam. Dengan perkataan lain, Bulan terbenam terlambat dari terbenamnya Matahari berapapun selisih waktunya. Dengan istilah geometrik, pada saat Matahari terbenam posisi Bulan masih di atas ufuk berapapun tingginya. 


Untuk menetapkan tanggal 1 bulan baru Kamariah dalam konsep hisab hakiki wujudul-hilal terlebih dahulu harus terpenuhi tiga kriteria secara kumulatif, yaitu: 1) sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara Bulan dan Matahari, 2) ijtimak terjadi sebelum terbenam Matahari, dan 3) ketika Matahari terbenam Bulan belum terbenam, atau Bulan masih berada di atas ufuk. Apabila ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi maka dikatakanlah “hilal sudah wujud” dan sejak saat terbenam Matahari tersebut sudah masuk bulan baru Kamariah. Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka dikatakanlah “hilal belum wujud” dan saat terbenam Matahari sampai esok harinya belum masuk bulan baru Kamariah, bulan baru akan dimulai pada saat terbenam Matahari berikutnya setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.


Penjelasan tentang data bulan Ramadan 1435 H seperti dalam hasil hisab tersebut adalah sebagai berikut.


Ijtimak jelang bulan Ramadan 1435 H terjadi pada hari Jum’at Pahing tanggal 27 Juni 2014 pukul 15:10:21 WIB. Ijtimak ini terjadi pada momen yang sama untuk seluruh muka Bumi, hanya saja jamnya tergantung pada jam di tempat bersangkutan. Kalau menurut jam WIB (Waktu Indonesia Barat) ijtimak terjadi pada pukul 15:10:21, berarti sama dengan pukul 11:10:21 WAS (Waktu Arab Saudi) karena selisih waktu WIB dengan Arab Saudi 4 jam. Dengan ijtimak ini berarti kriteria pertama sudah terpenuhi, tinggal menguji kriteria kedua dan ketiga. Kriteria kedua dengan mudah diketahui, karena kalau ijtimak terjadi pada pukul 15:10:21 WIB sudah dapat dipastikan terjadi sebelum terbenam Matahari pada hari dan tanggal tersebut. Terbenam Matahari di Yogyakarta pada hari itu pukul 17:33:01 WIB. Umur Bulan pada saat itu 02 jam 22 menit 40 detik. Kriteria ketiga juga sudah terpenuhi karena berdasarkan perhitungan tersebut, pada saat terbenam Matahari di Yogyakarta tanggal 27 Juni 2014 itu Bulan masih di atas ufuk dengan ketinggian 0 31 17, artinya pada saat Matahari terbenam Bulan belum terbenam, jadi hilal sudah wujud. Dengan demikian keseluruhan kriteria yang diperlukan sudah terpenuhi, dan karena ketiga kriteria tersebut sudah terpenuhi, maka ditetapkanlah tanggal 1 Ramadan 1435 H dimulai pada saat terbenam Matahari tanggal 27 Juni 2014 dan konversinya dengan kalender Masehi ditetapkan pada keesokan harinya yaitu tanggal 28 Juni 2014. Itulah sebabnya maka dikatakan tanggal 1 Ramadan 1435 H jatuh pada hari Sabtu Pon 28 Juni 2014.


Untuk mengetahui kawasan mana di muka Bumi yang pada hari Sabtu 28 Juni 2014 sudah masuk tanggal 1 Ramadan 1435 H, berdasarkan kriteria wujudul-hilal, dapat dilihat dengan memperhatikan garis pembatas dalam peta. Garis pembatas tersebut menunjukkan bahwa pada tempat-tempat itu terbenam Bulan berbarengan dengan terbenam Matahari, dan disebut garis batas tanggal.



Peta garis batas tanggal dunia menurut wujudul-hilal

Garis yang membentang dari barat ke timur adalah garis batas tanggal menurut kriteria wujudul-hilal. Kawasan A adalah kawasan yang memulai masuk tanggal 1 Ramadan 1435 H pada saat terbenam Matahari tanggal 27 Juni 2014 atau menurut konversinya tanggal 1 Ramadan 1435 H bertepatan dengan tanggal 28 Juni 2014 M. Sedangkan kawasan B pada saat itu belum memasuki tanggal 1 Ramadan 1435 H, di kawasan ini tanggal 1 Ramadan 1435 H bertepatan dengan tanggal 29 Juni 2014 M.

Seperti terlihat dalam peta dunia di atas, Indonesia terlewati oleh garis batas tanggal, sebagian wilayah masuk dalam kawasan A (kawasan yang memasuki Ramadan tanggal 28 Juni 2014) dan sebagian wilayah lain masuk dalam kawasan B (kawasan yang memasuki Ramadan tanggal 29 Juni 2014). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta Indonesia berikut ini.


 
Garis yang membentang dari arah barat laut ke tenggara merupakan petunjuk bahwa di tempat-tempat yang terlewati oleh garis itu pada hari Jum’at 27 Juni 2014 Matahari dan Bulan terbenam bersamaan. Kawasan A adalah tempat-tempat yang pada hari Jum’at 27 Juni 2014 Matahari terbenam lebih dulu dari terbenam Bulan, sedangkan kawasan B adalah tempat-tempat yang pada hari Jum’at 27 Juni 2014 Matahari terbenam lebih kemudian dari terbenam Bulan. Garis tersebut melewati utara Sabang, utara Pontianak, Balikpapan, dan Kendari. Menurut kriteria wujudul-hilal, kawasan A sudah masuk tanggal 1 Ramadan 1435 H sejak magrib hari Jum’at 27 Juni 2014 (konversinya Sabtu 28 Juni 2014), sedangkan kawasan B baru masuk tanggal 1 Ramadan 1435 H sejak magrib hari Sabtu 28 Juni 2014 (konversinya Ahad 29 Juni 2014). Namun demikian, karena kriteria wujudul-hilal menganut teori matlak wilayatul-hukmi, yakni pada satu hari yang sama hanya ada satu tanggal di seluruh wilayah Indonesia, maka kawasan B mengikuti tanggal yang ada di kawasan A. Dengan demikian tanggal 1 Ramadan 1435 H ditetapkan mulai magrib hari Jum’at 27 Juni 2014 (konversinya Sabtu 28 Juni 2014) untuk seluruh wilayah Indonesia.
Yogyakarta, 3 Rajab 1435 H / 2 Mei 2014 M

Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua,                                       Sekretaris,



  Prof. Dr. H. Syamsul Anwar, M.A.       Drs. H. Dahwan, M.Si.