Thursday, October 9, 2014

Andaikan KH.Ahmad Dahlan Mempunyai Karya Tulis ?

Tokoh-tokoh Islam pada era klasik membuat sebuah karya untuk menyumbangkan gagasan, pemikiran dan ilmu tentunya. Seperti halnya Imam Syafi’i yang menulis kitab tentang ushul fiqh dengan judul “Ar Risalah”. Karena beliau mempunyai pemikiran yang cemerlang dalam masalah hukum-hukum Islam, yang disusun begitu sistematik dalam bukunya itu. Dengan lahirnya kitab Ar Risalah ini, fase awal perkembangan ushul fiqh pun bermula. Kitab ini menjadi rujukan utama bagi ahli ushul di masa-masa seterusnya. Gagasan dan ide cemerlang dari Imam Syafi’i membuat semua orang terkagum, karena kehebatannya dalam mencari, menyusun dan menggali hukum-hukum Islam maka ada sekelompok orang menamainya sebagai “Syafi’iyyah” atau pengikut Imam Syafi’i.

Seterusnya, mungkin buku dengan judul “Incoherence of the Philosophers” sudah tidak asing lagi di telinga kita yang merupakan kritikan Al Ghazali kepada para filosof karena telah dianggap menyimpang dari ajaran Agama. Beliau mengkritik keras kepada para filosof bukan dengan jalan kekerasan namun dengan tulisan.
Karena karya tulis yang fenomenal dan sangat berpengaruh dari sang Hujjatul Islam itu, maka seseorang yang bernama Ibnu Rusyd terketuk hatinya dan sesegera mungkin mengkrtik balik Imam Al Ghazali dalam bukunya “Incoherence of the Incoherence”. Dia menganggap Imam Al Ghazali telah salah sangka terhadap para filosof. Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi “Pemikiran Ibnu rusyd menjadi populer di Barat karena gagasan integrasi filsafat dan agamanya. Sejak diterjemahkan tahun 1230, pemikirannya tersebar luas di Eropa dan diterapkan di gereja-gereja, sehingga menjadi gerakan Averroisme”.

Perang pemikiran antara Imam Al Ghazali dan Ibnu Rusyd melahirkan sebuah kalimat yang cukup menggelitik dari kalangan orientalis “Pemikiran Ibnu Rusyd diambil Barat sehingga Barat menjadi maju, sedang pemikiran Al Ghazali dibawa ke Timur dan karena itu Timur mundur”. Kesimpulan ini tidak jelas siapa yang mula-mula menyebarkannya. Namun, ini membuktikan bahwa sebuah tulisan mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi seseorang.

Akan tetapi, ada sebagian dari tokoh besar yang sangat berpengaruh di dunia tidak membuat sebuah karya tulis. Seperti yang kita ketahui, Socrates (470-399 SM) seorang filosof yang sangat berpengaruh pada peletakan dasar pemikiran Eropa, beliau menciptakan sebuah gagasan yang membangun peradaban Athena dengan kata bijaknya yang cukup terkenal “Hanya satu yang aku tau, bahwa aku tidak tau”. Kalimat itu menjadi semacam spirit bagi para pemuda athena agar terus belajar dan mencari ilmu. Yang menarik dari Socrates ini adalah beliau tidak menulis sebaris kalimat pun. Akan tetapi, sumbangan pemikirannya luar bisa besar bagi pemikiran Eropa dan itu sama sekali bukan karena cara kematiannya yang dramatis.

Bukan hanya seorang Socrates saja yang mempunyai pengaruh besar namun tidak punya karya tulis, Nabi Muhammad SAW pun demikian. Meskipun Beliau tidak membuat karya tulis, namun pemikirannya terus dikenang, diperbincangkan, ditelaah, diteliti dan didiskusikan oleh semua orang, pengaruhnya pun luar biasa besar bagi dunia ini sehingga Thomas Carlyle dengan senang hati mengatakan “Jika kita melihat dari tolak ukur kepahlawanan, seharusnya pahlawan teragung itu Muhammad SAW”. Secara tidak langsung, perkataan dari Thomas Carlyle ini menjadi semacam bukti bahwa Rasullah SAW tanpa membuat sebuah karya tulis bisa membuat masyarakat Arab yang tadinya menyembah patung menjadi penyembah Tuhan yang maha Esa, menjadikan masyarakat Arab lebih bermoral dan berpendidikan dalam tempo 22 tahun.

Oleh: Ilham Ibrahim ( kiriman tulisan pembaca sangpencerah.com)

No comments:

Post a Comment