Thursday, October 9, 2014

Seruan Muhammadiyah Sudah Direspon KY dan MA


Jum'at 10 Oktober 2014 

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, MA kembali meminta Mahkamah Agung (MA) dan Komisi Yudisial (KY) menegakkan keadilan di atas kebenaran. Hal ini terkait kasus yang menimpa warga Muhammadiyah H. Asri di Kalimantan Timur, yang diduga dikriminalisasi pengusaha asal Singapura LTK.

"Ini kedua kali Muhammadiyah meminta kepada MA dan KY menegakkan keadilan atas kasus yang menimpa warga kami," ujar Din, Kamis (9/10/2014) yang dikutip dari detik.com

"Kenapa Muhammadiyah harus membela warganya, karena kami tak ingin melihat ada kesewenang-wenangan yang menimpa warga kami. Perlakuan pengusaha Singapura yang tiba-tiba menjadi WNI ini sudah berlebihan karena diduga melibatkan banyak oknum aparat yang ikut serta memuluskan upaya kriminalisasi tersebut," tambah Din.

Din menegaskan, nasib warganya sungguh mengenaskan, karena akibat kriminalisasi itu, warganya harus mendekam selama dua bulan di tahanan polisi hingga meninggal dunia.

"Padahal, warga kami dinyatakan bebas murni oleh pengadilan. Tetapi karena nasi sudah menjadi bubur, kini kami tinggal meminta MA dan KY untuk menegakkan keadilan," jelas Din.

Din meminta orang-orang dan oknum aparat yang membantu LTK, kini sebagian diketahui menjadi komisaris perusahaan agar diisut.

Berdasarkan dokumen resmi yang dipegang Din, serta kerja advokasi PP Muhammadiyah Dr. Saiful Bakhri, SH, MH, maka Din menyimpulkan telah terjadi kriminalisasi terstruktur terhadap H. Asri hingga meninggalnya yang bersangkutan.

H. Asri adalah pemilik PT. Gunung Bayan Pratama Coal mendapatkan ijin PKP2B (Perjanjian kerjasama pengusahaan tambang batubara) dari Pemerintah pada 15 Agustus 1994. Perusahaan itu adalah pemegang/pemilik PKP2B seluas 100.000 hektar, terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, berdasarkan SK No.002/PK/PT.BA-PT.GBP/1994.

Pada tanggal 1 November 1995 bertempat di Singapura, PT. Gunung Bayan Pratama Coal, mengadakan kesepakatan kerjasama pengusaha LTK.

Dijelaskan Din, dalam perjalanannya, kerjasama tersebut akhirnya menjadi bermasalah karena LTK yang awalnya berkewarganegaraan Singapura, ternyata berkali-kali melakukan tindakan tercela. Anehnya, tindakannya tersebut sepertinya malah didukung oleh oknum di Kementrian ESDM (saat itu masih Kementrian Tambang dan Energi).

Terbukti pada 30 Mei 1997, muncul surat dari Direktur, Direktorat Batubara, Departemen Pertambangan dan Energi yang isinya tidak memperkenankan H. Asri selaku pemilik PT. Gunung Bayan Pratama Coal untuk melakukan kerjasama dengan pihak lain apabila permasalahan dengan pengusaha LTK belum selesai.

Berlarut-larut, hingga akhirnya pada 27 Nopember 1997, dengan dibantu oleh oknum-oknum Dirjen dan Irjen Pertambangan, akhirnya memaksa H. ASRI melepas seluruh saham PT. Gunung Bayan Pratama Coal kepada perusahaan LTK.

Din prihatin, karena dalam kondisi seperti itu, ternyata H. Asri malah diminta melunasi pajak yang tidak seharusnya dibayar. Bahkan, pihak LTK malah memperkarakan Asri ke Mabes Polri.

"Nah, H. Asri sempat ditahan polisi selama dua bulan pada tahun 2009. Antara H. Asri dan sdr LTK, memang saling lapor polisi. Namun laporan H. Asri ke Polisi malah di SP-3 hingga tidak bisa dilanjutkan. Korban mengaku direkayasa oleh oknum penegak hukum. Akibat menjalani kriminalisasi yang bertubi-tubi itu, H. Asri meninggal pada 2012 silam. Ini menyedihkan," tambah Din.

Meski demikian, menurut Din, pihaknya optimis MA akan merespon permintaannya agar korban mendapatkan keadilan, karena setelah mengalami proses kriminalisasi yang panjang, pada November 2012, akhirnya turun Putusan Perkara Pidana Mahkamah Agung RI, No.1711 K/Pid/2011, tanggal 14 November 2012. Dimana (alm) H. Asri dinyatakan bebas murni.
Dengan demikian, sebenarnya pihak LTK harus menyelesaikan kewajibannya dan tidak lagi mengurus perusahaan H. Asri.
 
"Payahnya, kemarin kami dengar oknum Pejabat ESDM waktu itu yang membantu LTK untuk menekan Asri, kini malah diberi posisi sebagai Komisaris. Kami sudah kirim surat ke MA dan KY, dan sudah ada respon tertulis dari KY. Namun belum ada respon dari MA," tutup Din. [sp/mch]

Mengumpat Soal Adzan di Path, Mahasiswa Ditangkap Polisi

Seorang mahasiswa di Kota Palu, berinisial Wayan Ch (21), terpaksa berurusan dengan pihak kepolisian karena ulahnya di media sosial Path yang menyinggung umat Islam. Ch pun menyampaikan permintaan maaf kepada umat Islam dalam konferensi pers di ruang Press Room Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Kamis (9/10/2014). 

"Saya sangat menyesali atas apa yang telah saya lakukan, yang menyinggung umat Muslim. Dengan rendah hati, izinkan saya memohon maaf atas apa yang telah saya lakukan. Saya sadar kesalahan saya cukup besar," kata Ch. 

Tak hanya Ch, atas nama keluarga, Mohammad Nasir (45), selaku paman Ch, juga memohon maaf yang sebesar-besarnya terhadap umat Islam karena ulah keponakannya tersebut. 

"Orangtua anak ini kebetulan ada di kampung. Jadi, saya diminta mewakili pihak keluarga untuk meminta maaf lebih khusus buat kaum Muslim. Semoga keponakan saya yang telanjur berbuat salah dapat dimaafkan," ujar Nasir. 

Kasus penistaan agama yang dilakukan Ch di media sosial ini terjadi pada Minggu (5/10/2014) lalu. Saat itu, Ch menuliskan kekesalannya terhadap suara takbir dari sebuah masjid di dekat kos-kosannya. Akibatnya, hujatan dan kecaman terhadap Ch bermunculan hingga akhirnya Ch diamankan pihak berwajib. 

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sulteng Ajun Komisaris Besar Polisi Oetoro Saputro mengatakan, pihaknya sudah memeriksa Ch dan sejumlah saksi serta berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan PB Alhaeraat bahwa kasus ini merupakan dugaan penistaan agama atau yang dapat menimbulkan konflik SARA. 

"Untuk itu, Polda secara tegas melakukan penahanan terhadap tersangka Ch. Ch kita kenakan dengan Pasal UU Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) dengan ancaman hukuman enam tahun penjara dan penistaan agama dengan ancaman hukuman yang sama," ujar Oetoro. 

Oetoro juga meminta kepada umat Islam untuk tidak terprovokasi atas kasus ini. Sebab, saat ini kasusnya sudah ditangani oleh pihak kepolisian.(kmps/sp)


Rekonstruksi Nilai-nilai Muhammadiyah di Kampus UMM

Beberapa waktu yang lalu kita sempat dihebohkan dengan berita dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang mengangkat tema kontrofersial pada acara ospek. "Tuhan 'Membusuk'; Rekonstruksi Fundamentalis menuju Islam Kosmopolitan", merupakan tema yang sempat ditanggapi dengan pelaporan ke Polisi oleh FPI Surabaya. 

Saya tidak mau sepenuhnya menyalahkan tema tersebut apalagi mengatakannya itu sesat, karena saya yakin, ada makna dibalik tema tersebut ditambah lagi dengan kenyataan bahwa mereka berasal dari Fakultas Usluhuddin dan Filsafat. Terlalu gegabah rasanya ketika kita menyimpulkan hal tersebut sebagai suatu penghinaan, dengan background pendidikan bukan dari filsafat.

Pada postingan kali ini, saya akan mencoba membuat plesetan dari tema tersebut, tapi ini akan lebih berfokus pada Organisasi Muhammadiyah dan kampus saya Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Rekonstruksi Nilai-nilai Muhammadiyah di Kampus UMM.", merupakan judul postingan saya kali ini. Saya tidak bermaksud sama sekali untuk menghina Muhammadiyah karena bagaimana pun saya dewasa dan besar di Muhammadiyah. Saya hanya ingin mencoba untuk menyimpulkan dan meluapkan kegundahan saya terhadap posisi Muhammadiyah di UMM, sekalipun juga bisa menjadi kritikan buat kita bersama sebelum kritikan itu datang dari orang lain.

UMM Sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pasal 7 ayat 1 mengatakan "Untuk mencapai maksud dan tujuannya, Muhammadiyah melaksanakan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Mungkar dan Tajdid yang diwujudkan dalam usaha di segala bidang kehidupan." kemudian dilanjutkan pada ayat 2 "Usaha Muhammadiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan yang macam dan penyelenggaraannya diatur dalam ART."



Ketika kita membuka Anggaran Rumah Tangga (ART) Muhammadiyah, pada dasarnya ada 14 macam amal usaha yang ingin diwujudkan oleh Muhammadiyah. Ketika kita mengamati ke-14 amal usaha tersebut kita dapat mengklasifikasikannya menjadi 8 lahan garap dan salah satunya adalah Pendidikan. Berbicara tentang Pendidikan dan Muhammadiyah tentunya tidak diragukan lagi bagaimana peran dan aksi Muhammadiyah dalam ranah yang satu ini. Mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi, dan dari Sabang sampai Merauke, Muhammadiyah telah memberikan sumbangsih besar untuk Bangsa Indonesia khususnya di sektor pendidikan. Di tanah "Arema" sendiri berdiri sebuah PTM yaitu Universitas Muhammadiyah Malang yang eksistensinya dalam membangun pendidikan tidak perlu dipertanyakan lagi.

UMM Sebagai Lahan Perkaderan atau Lahan Penghasil Uang..?.

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi berbasis "Perkaderan" tentunya harus terus mengepakkan sayapnya sebesar mungkin untuk menjangkau semua kalangan di masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut dibuatlah beberapa Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah yaitu: Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasyiyatul Asyiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Kepanduan Hizbul Wathan, dan Tapak Suci. Ke-7 Ortom Muhammadiyah tersebut diharapkan mampu menjadi perpanjangan tangan Muhammadiyah dalam perkaderan di berbagai kalangan di masyarakat.



Selain disokong dari berbagai Ortom Muhammadiyah diatas, Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) sebagai salah satu ranah dalam AUM, tentunya memiliki tanggung jawab yang sama. Tanggung jawab untuk menjadi lahan perkaderan Muhammadiyah. Namun, semuanya terasa berbeda ketika kita berada di UMM. Sebagai PTM, UMM menjadi sangat liberal dalam hal pembumian nilai-nilai Muhammadiyah. Sebagai penguat saya akan membeberkan beberapa fakta yang saya rasakan selama kuliah setahun di UMM:

1. Mahasiswa baru di UMM tidak diperkenalkan tentang apa itu Muhammadiyah..?, posisi Ortom di AUM, dan bagaimana sikap sebagai Mahasiswa di PTM.

2. Penanaman nilai-nilai Muhammadiyah dan ke-Islam-an sangat kurang dan minim. Sehingga, wajar ketika di UMM kita masih bisa menjumpai mahasiswi dengan pakaian yang 11-12 dengan selebritis kelas kakap.

3. Mata kuliah AIK dan pelaksaan Kuliah Ahad Pagi (KAP) masih belum cukup maksimal dalam hal penanaman nilai ke-Muhammadiyah-an maupun ke-Islam-an.

Beberapa fakta yang saya rasakan di atas tentunya sangat melemahkan dan memberatkan pergerakan perkaderan yang menjadi salah satu tujuan Muhammadiyah. Namun, hal-hal di atas tentunya akan sangat memperlancar sumber pemasukan UMM dalam hal segi biaya. Dengan hal-hal tersebut, tentunya tidak menjadi masalah lagi buat para kader organisasi lain untuk memasukkan anaknya di UMM karena kurangnya penanaman nilai-nilai Muhammadiyah.



Ada 1 fakta lagi yang saya rasa bisa menjadi penguat. Di UMM terdapat sebuah gedung pertemuan dengan kapasitan hingga 8.000 orang bernama UMM Dome. Gedung tersebut, dengan segala fasilitas dan kebesarannya tentu bisa digunakan untuk berbagai acara besar termasuk "Konser Musik". Dalam beberapa kejadian, di UMM Dome dilaksanakan Konser Musik yang menurut saya sangat-sangat melenceng dari posisi UMM sebagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang lebih dalam lagi sebagai ranah dakwah Islam. Entah pemikiran jenis apa yang digunakan oleh Pimpinan UMM sehingga konser-konser jenis ini bisa lolos masuk di UMM. Apakah karena mereka sanggup bayar biaya penyewaan gedung..??. Kalau begitu timbul pertanyaan besar "UMM Sebagai Lahan Perkaderan atau Lahan Penghasil Uang..?".

IMM Sebagai Anak yang Tak Dikenal.

Posisi UMM sebagai PTM sudah seharusnya menjadi lahan subur bagi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dalam mejalankan misi perkaderan Muhammadiyah. Lahan subur dalam artian tidak ada lagi kendala teknis dalam hal menjalankan misi perkaderan tersebut, mengingat secara ideologi maupun tujuan sama-sama mengarah ke maksud dan tujuan Muhammadiyah. Tentunya dengan label PTM yang dimiliki UMM harus bisa menjadi bantal empuk buat IMM, berbeda ketika di UB, UIN, UM, dan kampus-kampus lain yang berlabel PTN. Dimana secara posisi IMM masih harus bersaing dengan organisasi kemahasiswaan lainnya.



Dalam Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), sudah dijelaskan tentang posisi IMM dalam PTM, yaitu di Bab X Pasal 39 Ayat 3; "Organisasi Mahasiswa dalam Perguruan Tinggi Muhammadiyah yaitu Senat Mahasiswa dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah." Sehingga akan sangat lucu ketika Pengenalan IMM dalam acara Pesmaba FEB-UMM tahun 2014 "dihapuskan" dengan rasionalisasi bahwa ketika IMM dapat kesempatan untuk perkenalan maka organisasi mahasiswa lainnya juga harus diberikan kesempatan. Secara kasat mata organisasi mahasiswa selain IMM memang tidaklah begitu tampak di UMM, namun ketika kita sedikit saja mau jujur dan berani untuk menampakkannya, maka akan terlihat bagaimana permainan cantik ala mafia tingkat internasional.

Permainan pemimpin PTM yang begitu sangat tidak profesional inilah yang kemudian menghambat pergerakan IMM di PTM. Ketika seorang pemimpin PTM yang sangat condong kepada organisasi semasa mudanya dibiarkan, maka wajar ketika IMM masih harus bergelut dan berjuang untuk mengembalikan posisinya. Saya sempat miris ketika melihat dan mendengar beberapa argumen mahasiswa dan bahkan jajaran dosen dan dekanat yang mengatakan IMM itu adalah UKM, LSO, dan sebutan-sebutan lain yang sangat tidak sesuai dengan Qaidah PTM.

Permasalah diatas inilah yang kemudian membuat IMM tidak dikenal di rumah sendiri. Sehingga, sangat perlu menjadi pertimbangan buat PW maupun PP Muhammadiyah untuk mengangkat pemimpin PTM haruslah benar-benar kader dan pernah berjuang di Ortom Muhammadiyah. Saya akan mengutip kalimat KH. Ahmad Dahlan yang saya tujukan kepada seluruh Pemimpin di Muhammadiyah "Hidup-hidupilah Muhammadiyah, Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah."
Penulis Oleh: Andi Akbar Tanjung
Andi.akbar17@gmail.com / www.andiakbar.com


September 30th 2014
Malang, East Java - Indonesia
at Kamar Kost tercinta.
( kiriman tulisan pembaca sangpencerah.com)

Andaikan KH.Ahmad Dahlan Mempunyai Karya Tulis ?

Tokoh-tokoh Islam pada era klasik membuat sebuah karya untuk menyumbangkan gagasan, pemikiran dan ilmu tentunya. Seperti halnya Imam Syafi’i yang menulis kitab tentang ushul fiqh dengan judul “Ar Risalah”. Karena beliau mempunyai pemikiran yang cemerlang dalam masalah hukum-hukum Islam, yang disusun begitu sistematik dalam bukunya itu. Dengan lahirnya kitab Ar Risalah ini, fase awal perkembangan ushul fiqh pun bermula. Kitab ini menjadi rujukan utama bagi ahli ushul di masa-masa seterusnya. Gagasan dan ide cemerlang dari Imam Syafi’i membuat semua orang terkagum, karena kehebatannya dalam mencari, menyusun dan menggali hukum-hukum Islam maka ada sekelompok orang menamainya sebagai “Syafi’iyyah” atau pengikut Imam Syafi’i.

Seterusnya, mungkin buku dengan judul “Incoherence of the Philosophers” sudah tidak asing lagi di telinga kita yang merupakan kritikan Al Ghazali kepada para filosof karena telah dianggap menyimpang dari ajaran Agama. Beliau mengkritik keras kepada para filosof bukan dengan jalan kekerasan namun dengan tulisan.
Karena karya tulis yang fenomenal dan sangat berpengaruh dari sang Hujjatul Islam itu, maka seseorang yang bernama Ibnu Rusyd terketuk hatinya dan sesegera mungkin mengkrtik balik Imam Al Ghazali dalam bukunya “Incoherence of the Incoherence”. Dia menganggap Imam Al Ghazali telah salah sangka terhadap para filosof. Menurut Hamid Fahmy Zarkasyi “Pemikiran Ibnu rusyd menjadi populer di Barat karena gagasan integrasi filsafat dan agamanya. Sejak diterjemahkan tahun 1230, pemikirannya tersebar luas di Eropa dan diterapkan di gereja-gereja, sehingga menjadi gerakan Averroisme”.

Perang pemikiran antara Imam Al Ghazali dan Ibnu Rusyd melahirkan sebuah kalimat yang cukup menggelitik dari kalangan orientalis “Pemikiran Ibnu Rusyd diambil Barat sehingga Barat menjadi maju, sedang pemikiran Al Ghazali dibawa ke Timur dan karena itu Timur mundur”. Kesimpulan ini tidak jelas siapa yang mula-mula menyebarkannya. Namun, ini membuktikan bahwa sebuah tulisan mempunyai peran yang sangat berpengaruh dalam mempengaruhi seseorang.

Akan tetapi, ada sebagian dari tokoh besar yang sangat berpengaruh di dunia tidak membuat sebuah karya tulis. Seperti yang kita ketahui, Socrates (470-399 SM) seorang filosof yang sangat berpengaruh pada peletakan dasar pemikiran Eropa, beliau menciptakan sebuah gagasan yang membangun peradaban Athena dengan kata bijaknya yang cukup terkenal “Hanya satu yang aku tau, bahwa aku tidak tau”. Kalimat itu menjadi semacam spirit bagi para pemuda athena agar terus belajar dan mencari ilmu. Yang menarik dari Socrates ini adalah beliau tidak menulis sebaris kalimat pun. Akan tetapi, sumbangan pemikirannya luar bisa besar bagi pemikiran Eropa dan itu sama sekali bukan karena cara kematiannya yang dramatis.

Bukan hanya seorang Socrates saja yang mempunyai pengaruh besar namun tidak punya karya tulis, Nabi Muhammad SAW pun demikian. Meskipun Beliau tidak membuat karya tulis, namun pemikirannya terus dikenang, diperbincangkan, ditelaah, diteliti dan didiskusikan oleh semua orang, pengaruhnya pun luar biasa besar bagi dunia ini sehingga Thomas Carlyle dengan senang hati mengatakan “Jika kita melihat dari tolak ukur kepahlawanan, seharusnya pahlawan teragung itu Muhammad SAW”. Secara tidak langsung, perkataan dari Thomas Carlyle ini menjadi semacam bukti bahwa Rasullah SAW tanpa membuat sebuah karya tulis bisa membuat masyarakat Arab yang tadinya menyembah patung menjadi penyembah Tuhan yang maha Esa, menjadikan masyarakat Arab lebih bermoral dan berpendidikan dalam tempo 22 tahun.

Oleh: Ilham Ibrahim ( kiriman tulisan pembaca sangpencerah.com)

MDMC Solo Raya Bagikan Daging Qurban dan Fasilitas Air Bersih


Telah dilaksanakan penyembelihan hewan kurban dari Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB)-Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Solo Raya bertempat di dukuh sepi ,desa jrakah ,kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali dengan tema "Membangun ukhuwah untuk kemandirian masyarakat". 

Dari pihak LPB-MDMC Solo Raya menyerahkan sebanyak 23 ekor kambing dan 60 bungkus daging. Semua didistribusikan ke masyarakat sekitar bersama sama dengan ta'mir masjid setempat. 

Selain itu juga MDMC soloraya juga telah membantu beberapa daerah yang kekeringan di wilayah klaten sukoharjo dan wonogiri. LPB MDMC se Soloraya menargetkan bantuan kepada masyarakat yang terdampak bencana kekeringan parah dahulu tanpa membeda bedakan suku ras maupun agama. Alhamdulillah sudah terrealisasikan" ujar dr. Dien Albu Kaldi yang juga dokter RS. PKU Muhammadiyah Sukoharjo.



Hari ini juga MDMC wonogiri bersama RS PKU Muhamamdiyah Nambangan Wonogiri dan LAZISMU mendistribusikan air bersih di beberapa dusun. disisi lain MDMC klaten memberikan bantuan 150 paralon kepada BPBD Kab. Klaten dari hasil penjualan kulit hewan kurban di telagamulya.

Bila ingin bermitra untuk menyalurkan bantuan Donasi Air bersih/Bantuan kemanusiaan bisa menghubungi mdmc daerah masing masing :

Ketua Wilayah Karisidenan Kedu Surakarta (Korwil II Jateng ) : Eko H.M 085640897896
*MDMC Solo : dr.dien 083866220494
*MDMC Kranganyar : irwan 085642313777
*MDMC wonogiri : Supriyanto 08122617901
*MDMC Sukoharjo : Andi 081804487140
untuk wilayah klaten boyolali dan sragen bisa menghubungi Ketua Kor wil II Jateng 
(sp)

Wednesday, October 8, 2014

Artis Hollywood Ben Affleck Bela Islam


Aktor kondang Hollywood, Ben Affleck, akhir-akhir ini menjadi perbincangan ramai di media. Itu lantaran sikap kerasnya menentang persepsi miring orang-orang senegaranya tentang Islam, ketika tampil di acara talk show ‘Real Time’ yang dibawakan Bill Maher di saluran TV HBO, Jumat (3/10) pekan lalu.
 
Dalam sebuah sesi, Maher sempat menyebut Islam layaknya agama mafia yang membunuh siapa saja yang berkata, membuat gambar, atau menulis buku yang salah. Penulis buku kelahiran AS, Sam Harris, yang juga tampil dalam acara tersebut pun menimpali pernyataan Maher dengan menuding Islam sebagai agama yang ‘sarat dengan gagasan-gagasan buruk’.

Tanpa diduga, komentar kedua orang tersebut ternyata menuai reaksi keras Affleck. “(Pernyataan Anda) itu kotor dan rasis. Itu sama saja seperti mengatakan, ‘Oh, kamu itu Yahudi yang licik!’ Kita telah membunuh lebih banyak umat Musllim ketimbang mereka membunuh kita. Entah mengapa, kita memercayai hal tentang mereka tanpa tahu seperti apa mereka sesungguhnya,” kecam pemeran Tony Mendez dalam film Argo itu, seperti dikutip The Guardian, Senin (6/10).

Dalam kesempatan tersebut, Affleck juga mengkritik pandangan orang-orang Barat kebanyakan yang kerap mengambarkan umat Muslim sebagai masyarakat barbar. “Ada lebih dari satu miliar orang (Muslim) yang tidak fanatik, yang tidak memukul wanita, yang hanya ingin pergi ke sekolah, makan beberapa sandwich, menunaikan shalat lima kali sehari, dan tidak melakukan satu pun hal buruk yang Anda katakan tentang mereka. (Pendapat yang menyebut umat Muslim kejam) itu hanya stereotip,” ujar Affleck lagi. [sp/rol]

Guru Besarnya Disebut Masuk Nasrani, Ini Kata Al Azhar Kairo


Ada berita menghebohkan akhir minggu kemarin. Universitas Al Azhar di Kairo membantah laporan media asing termasuk media Indonesia bahwa seorang dosen bergelar profesor dan ulama Mesir murtad atau keluar dari Islam dan masuk Kristen.
 
"Siapa itu Dr Mark Gabriel Mustafa? itu berita provokasi, sama sekali tidak benar," kata Direktur Urusan Kepegawaian Universitas Al Azhar, Yahya Ameen, di ruang kerjanya di gedung rektorat Universitas Al Azhar di Kairo kepada ANTARA, Selasa (30/9).

Yahya Ameen tampak kaget ketika dikonfirmasi mengenai keabsahan berita yang dikutip media massa Indonesia dan tersebar luas di jejaring sosial. "Namanya saja sudah aneh begitu. Mana ada guru besar Al Azhar murtad?," ujar pejabat senior yang sebelumnya lebih 30 tahun bertugas menangani urusan penempatan dan pensiunan dosen di universitas Islam tertua di dunia itu.

Pejabat yang bertugas lebih 30 tahun di kantor biro kepegawaian urusan penempatan dosen itu mensinyalir berita tersebut sengaja dikarang untuk berita sensasi demi kepentingan bisnis. Bantahan senada diutarakan Prof Dr Mohamed Rashad Dahmash, ulama senior Mesir dan guru besar perbandingan agama di Fakultas Studi Islam, Universitas Al Azhar.

"Itu berita palsu. Kalau benar berita itu pasti sudah ramai digembar-gemborkan media massa Mesir," tutur mantan Dekan Fakultas Studi Islam Universitas Al Azhar itu.[sp/rol]

Mari Melihat Gerhana Bulan Merah Darah Senja Nanti


Tidak lama lagi fenomena alam berupa gerhana bulan total bakal terjadi di semua kawasan Indonesia sekitar pukul 15.14 WIB dan berakhir pada 20.25 WIB.

“Periode totalitasnya bakal berlangsung selama satu jam dari 18.00 WIB hingga 19.30 WIB. Kondisi ini tidak berpengaruh terhadap bumi, tapi bagi penduduk di pesisir pantai akan mengalami air laut pasang,” papar peneliti Observatorium Bosscha, Lembang Zaenuddin Muhammad Arifin, Rabu (8/10) yang dikutip dari republika.

Beliau juga memaparkan, warga wilayah Indonesia Timur lebih beruntung karena bisa menyakasikan fase gerhana secara penuh. Bulan pun akan terlihat berwarna kemerahan disana sekitar pukul 17.14 WIT.

Sedangkan warga Indonesia Tengah tak seberuntung dibandingkan kawasan Timur. Saat gerhana dimulai, imbuh Zaenuddin, waktu masih menunjukkan pukul 16.14 WITA. Meski demikian, mereka masih berpeluang menyaksikannya.

“Warga Indonesia Tengah dan Timur bisa menyaksikan planet Uranus dengan mata telanjang yang menemani fenomena gerhana,” ujar Zaenuddin.

Fase totalitas yang terjadi hampir bersamaan di ketiga wilayah Indonesia membuat warga bakal bisa melihat tenggelamnya matahari di barat. Serta bulan yang terbit berwarna merah darah di timur. Mari kita sambut kebesaran Allah dengan melaksanakan sholat gerhana.

silahkan baca tuntunan sholat gerhana : cara sholat gerhana sesuai tuntunan Nabi

Tuesday, October 7, 2014

Muhammadiyah Tidak Perlu Repot dengan Kurikulum 2013

Pengamat pendidikan Darmaningtyas menertawakan adanya integrasi nilai agama dalam semua mata pelajaran. Dalam diskusi ‘Mengawal Implementasi Kurikulum 2013′ di Jakarta Pusat, Selasa (26/8/2014) beliau berkomentar kepada Medan Bisnis (online), “Saya kebetulan membantu merumuskan kompetensi di mata pelajaran seni dan budaya. Ada penilaian K1 (spiritual-red). Lucu sekali, seni dan budaya dikaitkan dengan religiusitas. Rumusan pelajaran itu seperti pelajaran agama. Semua berlandaskan agama. Kita jadi seperti kembali ke abad kegelapan, satu-satunya kebenaran adalah agama.”

Minimnya pemahaman agama membuat beberapa pihak kebingungan, termasuk Sekjen Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti yang turut hadir dalam acara tersebut, “Misal olahraga bola besar harus dikaitkan dengan K1 dan K2 (sosial-red), itu ketakwaan. Bagaimana mengukur servis bola voli dengan ketakwaan? Kami sampai bercanda ini seperti teologi. Karakter apa yang mau dibangun seperti ini?”

Hal ini tentu tidak boleh terjadi pada guru-guru di sekolah Muhammadiyah khususnya dan sekolah Islam pada umumnya, seperti Hidayatullah, Al-Irsyad, maupun NU. Sekolah Islam sudah sejak awal berusaha mengintegrasikan nilai Islam ke dalam pendidikan, bahkan boleh dibilang itulah tujuan pendidikan Islam sesungguhnya. “Tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak yang dilakukan melalui proses pembinaan secara bertahap” (Muh. Athiyah Al-Abrasyi, 1974).

PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA
Banyak pihak yang mengeluhkan meningkatnya jumlah dan skala kenakalan remaja dan mensinyalir permasalahan itu berakar dari kurangnya pendidikan moral atau agama baik di sekolah lebih-lebih di rumah. Pendidikan yang dimaksud tentu bukan hanya berupa ceramah guru, melainkan juga penanaman pemahaman melalui interaksi sehari-hari, teladan guru, adanya hadiah dan sanksi dari guru maupun orang tua, dan sebagainya.

Contoh pendidikan yang interaksional adalah saat siswa membuang sampah sembarangan, guru langsung menegur dengan lemah lembut, mengajak siswa melihat bagaimana dampaknya bila sampah menumpuk di selokan dan menyebabkan banjir, mengotori lingkungan, atau mencemari sungai. Guru juga wajib memberikan teladan, misalnya dalam hal istiqomah berpakaian menutup aurot tidak hanya di sekolah tapi juga di rumah. Jangan sampai siswa mendapati ustadzahnya melepas jilbab saat belanja di pasar dengan alasan seragam hanya perlu dikenakan di sekolah. Atau sesekali sekolah memberikan penghargaan bagi siswa yang dianggap paling jujur di masing-masing kelas, sebab biasanya yang dihargai adalah prestasi akademiknya, dan sebaliknya menghukum siswa yang mencontek supaya tertancap dalam hati kebencian pada sikap curang.

BAGAIMANA INTEGRASI KARAKTER ISLAM
Lalu bagaimana pendidikan itu hendak diajarkan dalam pelajaran non-normatif? (Normatif adalah pelajaran yang menyiapkan kompetensi kepribadian) Inilah beberapa petunjuknya.
  • Guru harus sadar bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk menghamba kepada Allah, menjadikan seluruh hidupnya sebagai ibadah kepada-Nya (QS Adz Dzariyat 56), maka sedikitnya guru harus bisa menarik nilai manfaat dari ilium yang diajarkannya untuk Islam. Misalnya, makan dan minum untuk apa? Untuk kesehatan, karena Allah memerintahkan kita untuk menjaga kesehatan, berolahraga untuk apa? Agar badan kuat, karena Allah mencintai Muslim yang kuat, tidur untuk apa? Supaya memenuhi hak badan, karena Nabi memerintahkan Muslim untuk hidup seimbang. Masing-masing terdapat dalilnya baik dalam Al-Qur’an maupun hadits.Lebih jauh lagi, saat berolah raga dipilih jenis olah raga yang sunnah seperti bela diri, berkuda, berenang, memanah, atau bersepeda, mendaki gunung, panjat tebing/pohon, dan menembak sambil menanamkan bahwa tujuan berolah raga salah satunya adalah untuk bersiap jihad fii sabilillah.
  • Mengingat pentingnya niat, maka setiap di awal kegiatan belajar mengajar guru harus meluruskan kembali niat siswa setidaknya dengan mengajak membaca basmallah secara keras dan boleh juga diikuti dengan bacaan doa yang sesuai, seperti doa mau belajar. Bila dibacakan arti dan maknanya, siswa malah akan lebih menghayati doa yang dipanjatkannya itu.Meluruskan niat juga bisa dengan mengingatkan akan tujuan belajar dan manfaatnya baik di dunia maupun akhirat, jadi semacam pengarahan. Metodenya bisa berupa tanya jawab atau lainnya tergantung kreativitas guru. Jangan lupa, di akhir pertemuan pun bisa dilakukan pelurusan niat saat bersama bersyukur dan mengucapkan hamdallah.
  • Mengintegrasikan itu tidak harus semua kegiatan dicari dalilnya dalam Al-Qur’an atau hadits, sebagaimana anggapan pembicara yang awam di atas. Namun juga berbeda dengan menyisipkan ayat atau istilah jawa-nya gathuk mathuk(kebetulan sama kemudian dipasangkan).Mengislamkan bukan mengarabkan, artinya istilah dalam IPA atau Matematika tidak perlu diubah menjadi bahasa Arab seperti bangsa Barat mengubah nama-nama Islam seperti Ibnu Sina menjadi Avicenna karena ketidakfasihan lidah demikian juga sebaliknya. Yang diubah cukuplah pendekatannya, yakni menjadikan pemanfaatan ilmu tersebut selaras dengan tujuan Islam, sebagaimana pesan Nabi, “Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni). Artinya bagaimana guru mendorong murid untuk menerapkan ilmunya supaya berguna, baik dengan mengajarkannya kembali kepada adik kelasnya, mengajak mereka melakukan penghijauan di rumah, membantu petani menentukan masa panen yang baik, dan masih banyak lagi.
Tentu saja masih banyak konsep lain yang bisa dikembangkan atau bahkan sudah dikembangkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Kita hanya perlu saling berbagi dalam sebuah forum atau media bersama sehingga terjadi percepatan kebangkitan ummat Islam. Oleh karena itu, Muhammadiyah dan sekolah-sekolah Islam lainnya tidak perlu heboh dengan datangnya kurikulum 2013 ini karena justru pendidikan Islam telah mempeloporinya. Demikian pula kalau kurikulum seumur jagung ini kelak akan diganti, jangan sampai kita kehilangan identitas pendidikan karakter yang terintegrasi dalam setiap sendi kehidupan dan sekolah.
Mari berlomba dalam kebaikan!

penulis: Gilig Pradhana

*adalah aktivis Muhammadiyah yang mengidamkan pendidikan yang revolusioner. Dulunya pernah menjadi Kepala SMK di Jember, kini mengikuti pelatihan guru di Hyogo University of Teacher's Education, Jepang. Punya rumah di www.gilig.wordpress.com

( kiriman tulisan pembaca sangpencerah.com)

Cara Sholat Gerhana Sesuai Tuntunan Nabi


Pertanyaan: Banyak pertanyaan disampaikan secara langsung maupun melalui pesan pendek (SMS) ke Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang masalah cara pelaksanaan salat gerhana.

Jawaban: Untuk itu Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan fatwa mengenai hal tersebut sebagai berikut:


A. Pendahuluan

                Muktamar Tarjih XX di Garut tanggal 18-23 Rabiul Akhir 1386 / 18-23 April 1976 telah menetapkan keputusan tentang salat kusufain (salat gerhana matahari dan Bulan).  Matan keputusan itu berbunyi,

                Apabila terjadi gerhana matahari atau bulan, hendaknya Imam menyuruh orang menyerukan “ash-shalatu jami‘ah,” kemudian ia pimpin orang banyak mengerjakan shalat dua raka’at; pada tiap rakaat berdiri dua kali, ruku’ dua kali, sujud dua kali, serta pada tiap rakaat membaca Fatihah dan surat yang panjang dan suara nyaring; dan pada tiap ruku’ dan sujud membaca tasbih lama-lama.

        Ketika telah selesai shalat ketika orang-orang masih duduk, Imam berdiri menyampaikan peringatan dan mengingatkan mereka akan tanda-tanda kebesaran Allah serta menganjurkan mereka agar memperbanyak membaca istighfar, sedekah dan segala amalan yang baik.

                Istilah gerhana dalam hadis-hadis disebut kusuf atau khusuf dan kedua istilah ini dalam hadis dapat dipertukarkan penggunaannya. Hanya saja dalam literatur fikih dan di kalangan fukaha, biasanya kata kusuf digunakan untuk menyebut gerhana matahari dan khusuf untuk menyebut gerhana Bulan. Sering juga digunakan bentuk ganda “kusufain” untuk menyebut gerhana matahari dan gerhana Bulan sekaligus.


B. Dasar Syari Salat Gerhana

            Dasar syar‘i salat gerhana matahari dan gerhana bulan ditunjukkan oleh sejumlah hadis, antara lain,

عن عَائِشَةَ أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ على عَهْدِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلاَةَ جَامِعَةً فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ في رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعِ سَجَدَاتٍ [رواه البخاري واللفظ له ، ومسلم ، وأحمد] .

Artinya: Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw, maka ia lalu menyuruh orang menyerukan “ash-shalatu jamiah”. Kemudian beliau maju, lalu mengerjakan salat empat kali rukuk dalam dua rakaat dan empat kali sujud [HR al-Bukhari, Muslim dan Ahmad].

عن أبي مَسْعُودٍ قال قال النبي صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا [رواه البخاري ومسلم]

Artinya: Dari Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan Bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan salat [HR al-Bukhari dan Muslim].

            Hadis pertama merupakan sunnah fikliah yang menggambarkan perbuatan Rasulullah saw melakukan salat saat terjadinya gerhana. Hadis kedua merupakan sunnah kauliah yang berisi perintah Nabi saw untuk melakukan salat pada saat terjadinya gerhana.


C. Cara Melaksanakan Salat Kusufain

1.  Apabila terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan, maka dilaksanakan salat kusuf dan Imam menyerukanash-shalatu jamiah. Salat kusuf dilaksanakan berjamaah, serta tanpa azan dan tanpa iqamah.
Dasarnya adalah hadis ‘Aisyah yang dikutip terdahulu di mana Imam menyerukan salat berjamaah, dan dalam hadis itu tidak ada azan dan iqamah.

2.  Salat kusufain dilakukan dua rakaat yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan rukuk, qiyam dan sujud dua kali pada masing-masing rakaat.
Dasarnya adalah hadis Aisyah yang telah dikutip di atas, dan juga hadis an-Nasa’i berikut,

عن عَائِشَةَ قالت كَسَفَتْ الشَّمْسُ فَأَمَرَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَجُلاً فَنَادَى أَنْ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ فَاجْتَمَعَ النَّاسُ فَصَلَّى بِهِمْ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَكَبَّرَ ... ... ... ثُمَّ تَشَهَّدَ ثُمَّ سَلَّمَ فَقَامَ فِيهِمْ فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عليه ثُمَّ قال إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فَأَيُّهُمَا خُسِفَ بِهِ أو بِأَحَدِهِمَا فأفزعوا إلى اللَّهِ عز وجل بِذِكْرِ الصَّلاَةِ[رواه النسائي] .
       
        Artinya: Artinya: Dari Aisyah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari lalu Rasulullah saw memerintahkan seseorang menyerukan ash-shalata jamiah. Maka orang-orang berkumpul, lalu Rasulullah saw salat mengimami mereka. Beliau bertakbir ... ... ..., kemudian membaca tasyahhud, kemudian mengucapkan salam. Sesudah itu beliau berdiri di hadapan jamaah, lalu bertahmid dan memuji Allah, kemudian berkata: Sesungguhnya matahari dan Bulan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Maka apabila yang mana pun atau salah satunya mengalami gerhana, maka segeralah kembali kepada Allah dengan zikir melalui salat [HR al-Bukhari].

3.  Pada masing-masing rakaat dibaca al-Fatihah dan surat panjang dengan jahar (oleh imam).

4.  Setelah membaca al-Fatihah dan surat, diucapkan takbir, kemudian rukuk dengan membaca tasbih yang lama, kemudian mengangkat kepala dengan membaca samiallahu liman hamidah, rabbana wa lakal-hamd, kemudian berdiri lurus, lalu membaca al-Fatihah dan surat panjang tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir, lalu rukuk sambil membaca tasbih yang lama tetapi lebih singgkat dari yang pertama, kemudian bangkit dari rukuk dengan membaca samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal-hamd, kemudian sujud, dan setelah itu mengerjakan rakaat kedua seperti rakaat pertama.
Dasar butir ke-3 dan ke-4 adalah,

عن عَائِشَةَ أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم جَهَرَ في صَلاةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ في رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ [رواه البحاري ومسلم ، واللفظ له] 

Artinya: Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw menjaharkan bacaannya dalam salat khusuf; beliau salat dua rakaat dengan empat rukuk dan sujud [HR al-Bukhari dan Muslim, lafal ini adalah lafal Muslim].

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم جَهَرَ بِالْقِرَاءَةِ فِي صَلاةِ الْكُسُوفِ [رواه ابن حبان والبيهقي وأبو نعيم في المستخرج]

Artinya: Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw menjaharkan bacaannya dalam salat kusuf [HR Ibnu Hibban, al-Baihaqi dan Abu Nuaim dalam al-Mustakhraj].

عن عَائِشَةَ زَوْجِ النبي صلى الله عليه وسلم قالت خَسَفَتْ الشَّمْسُ في حَيَاةِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَخَرَجَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إلى الْمَسْجِدِ فَقَامَ وَكَبَّرَ وَصَفَّ الناس وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فقال سمع الله لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ قام فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِيَ أَدْنَى من الْقِرَاءَةِ اْلأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً هو أَدْنَى من الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قال سمع الله لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ -ولم يذكر أبو الطَّاهِرِ ثُمَّ سَجَدَ- ثُمَّ فَعَلَ في الرَّكْعَةِ اْلأُخْرَى مِثْلَ ذلك حتى اسْتَكْمَلَ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتْ الشَّمْسُ قبل أَنْ يَنْصَرِفَ ثُمَّ قام فَخَطَبَ الناس فَأَثْنَى على اللَّهِ بِمَا هو أَهْلُهُ ثُمَّ قال إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمُوهَا فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ [رواه مسلم]

Artinya: Dari Aisyah, isteri Nabi saw, (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada masa hidup Nabi saw. Lalu beliau keluar ke mesjid, kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bersaf-saf di belakang beliau. Rasulullah saw membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, kemudian bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal-hamd, lalu berdiri lurus dan membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, namun lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengucapkan samiall±hu liman hamidah, rabbana wa lakal-hamd, kemudian beliau sujud. [Abu Thahir tidak menyebutkan sujud]. Sesudah itu pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan empat sujud. Lalu matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai salat. Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada para jamaah di mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah salat [HR al-Bukhari].

                Perlu dijelaskan bahwa dua prasa faqtara’a qira’atan tawilatan dalam hadis Muslim yang disebutkan terakhir di atas diinterpretasi sebagai membaca al-Fatihah dan suatu surat panjang, karena tidak sah salat tanpa membaca al-Fatihah. Karena farsa pertama difahami sebagai membaca al-Fatihah dan surat panjang, maka frasa kedua yang sama dengan frasa pertama tentu juga difahami sama. Jadi pada waktu berdiri pertama dalam rakaat pertama dibaca al-Fatihah dan surat panjang, maka pada berdiri kedua dalam rakaat pertama juga dibaca al-Fatihah dan surat panjang.

                Pemahaman seperti ini dikemukakan oleh sejumlah ulama. Imam asy-Syafi’’i dalam kitab al-Ummmenyatakan,
        Dalam salat kusuf imam berdiri lalu bertakbir kemudian membaca al-Fatihah seperti halnya dalam salat fardu. Kemudian pada berdiri pertama setelah al-Fatihah, imam membaca surat al-Baqarah jika ia menghafalnya atau kalau tidak hafal, membaca ayat al-Quran lain setara surat al-Baqarah. Kemudian ia rukuk yang lama ... ... ..., kemudian bangkit dari rukuk sambil membaca samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal-hamd, kemudian membaca Ummul-Quran dan surat setara dua ratus ayat al-Baqarah, kemudian rukuk ... ... ... dan sujud. Kemudian berdiri untuk rakaat kedua, lalu membaca Ummul-Quran dan ayat setara seratus lima puluh ayat al-Baqarah, kemudian rukuk ... ... ..., lalu bangkit dari rukuk, lalu membaca Ummul-Quran dan ayat setara seratus ayat bal-Baqarah, kemudian rukuk ... ... ... dan sujud [al-Umm, I: 280].

              Kemudian asy-Syafi‘i menjelaskan lagi bahwa apabila tertinggal membaca surat dalam salah satu dari dua berdiri itu, maka salatnya sah apabila ia membaca al-Fatihah pada permulaan rakaat dan sesudah bangkit dari rukuk pada setiap rakaat. Apabila ia tidak membaca al-Fatihah dalam satu rakaat salat kusuf pada berdiri pertama atau pada berdiri kedua, maka rakaat itu dianggap tidak sah. Namun ia meneruskan rakaat berikutnya, kemudian melakukan sujud sahwi, seperti hal ia apabila ia tidak membaca al-Fatihah dalam salah satu rakaat pada salat fardu di mana rakaat itu tidak sah [al-Umm, I: 280].

           Hal yang sama dikemukakan pula oleh fukaha-fukaha yang lain. Al-‘Abdar³ (w. 897/1492), seorang fakih Maliki, mengutip al-Maziri yang menegaskan bahwa setelah bangkit dari rukuk dibaca al-Fatihah dan suatu surat panjang, dan pada rakaat kedua juga demikian, artinya membaca al-Fatihah sebelum membaca masing-masing surat[at-Taj wa al-Iklil, II: 201]. Ibnu Qudamah (w. 620/1223) dalam dua kitab fikihnya juga menegaskan bahwa setelah bangkit dari rukuk pertama dibaca al-Fatihah dan surat pendek baik pada rakaat pertama maupun pada rakaat kedua [al-Kafi, I: 337-338; dan al-Mughni, II: 143].

5.  Setelah selesai salat gerhana imam berdiri sementara para jamaah masih duduk, dan menyampaikan khutbah yang berisi wejangan serta peringatan akan tanda-tanda kebesaran Allah serta mendorong mereka memperbanyak istigfar, sedekah dan berbagai amal kebajikan. Khutbahnya satu kali karena dalam hadis tidak ada pernyataan khutbah dua kali.
Dasarnya adalah:

عَائِشَةَ أنها قالت خَسَفَتْ الشَّمْسُ في عَهْدِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّى رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قام فَأَطَالَ الْقِيَامَ وهو دُونَ الْقِيَامِ اْلأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وهو دُونَ الرُّكُوعِ اْلأَوَّلِ ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ في الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ مِثْلَ ما فَعَلَ في اْلأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وقد انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ الناس فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عليه ثُمَّ قال إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ ينخسفان لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمْ ذلك فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ... ... ... [رواه البخاري ، واللفظ له ، ومسلم ومالك] .

        Artinya: Dari Aisyah (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah saw. Lalu beliau salat bersama orang banyak. Beliau berdiri dan melamakan berdirinya kemudian rukuk dan melamakan rukuknya, kemudian berdiri lagi dan melamakan berdirinya, tetapi tidak selama berdiri yang pertama. Kemudian beliau rukuk dan melamakan rukuknya, tetapi tidak selama rukuk yang pertama, kemudian sujud dan melamakan sujudnya. Kemudian pada rakaat kedua beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama. Kemudian beliau menyudahi salatnya sementara matahari pun terang kembali. Kemudian beliau berkhutbah kepada jamaah dengan mengucapkan tahmid dan memuji Allah, serta berkata: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, salat dan bersedekahlah... ... ... [al-Bukhari, lafal ini adalah lafalnya, juga Muslim dan Malik].  

... ... ... فإذا رَأَيْتُمْ منها شيئا فَافْزَعُوا إلى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ [رواه البخاري ومسلم عن أبي موسى]

Artinya: ... ... ... Maka apabila kamu melihat hal tersebut terjadi (gerhana), maka segeralah melakukan zikir, doa dan istigfar kepada Allah [HR al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa].

D. Waktu Pelaksanaan Salat Kusufain

            Salat kusufain dilaksanakan pada saat terjadinya gerhana, berdasarkan beberapa hadis antara lain,

عَنِ الْمُغِيرَةِ بنِ شُعْبَةَ قال انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يوم مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فقال الناس انْكَسَفَتْ لِمَوْتِ إبراهيم فقال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حتى يَنْجَلِيَ [رواه البخاري]

            Artinya: Dari al-Mughirah Ibn Syubah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim. Lalu ada orang yang mengatakan terjadinya gerhana itu karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan salat sampai matahari itu terang (selesai gerhana) [HR al-Bukhari].

                Dalam hadis ini digunakan kata idza (إذا) yang merupakan zharf zaman (keterangan waktu), sehingga arti pernyataan hadis itu adalah: Bersegeralah mengerjakan salat pada waktu kamu melihat gerhana yang merupakan tanda kebesaran Allah itu. Yang dimaksud dengan gerhana di sini adalah gerhana total (al-kus­f al-kulli), gerhana sebagian(al-kusuf al-juzi) dan gerhana cincin (al-kusuf al-halqi) berdasarkan keumuman kata gerhana (kusuf).

                Ibn Qud±mah menegaskan,
Waktu salat gerhana itu adalah sejak mulai kusuf hingga berakhirnya. Jika waktu itu terlewatkan, maka tidak ada kada (qadha) karena diriwayatkan dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, Apabila kamu melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan salat sampai matahari itu terang (selesai gerhana). Jadi Nabi saw menjadikan berakhirnya gerhana sebagai akhir waktu salat gerhana ... ... ... Apabila gerhana berakhir ketika salat masih berlangsung, maka salatnya diselesaikan dengan dipersingkat ... ... ... Jika matahari terbenam dalam keadaan gerhana, maka berakhirlah waktu salat gerhana dengan terbenamnya matahari, demikian pula apabila matahari terbit saat gerhana bulan (di waktu pagi) [Al-Mughni, II: 145].

                Imam ar-Rafi‘i menegaskan,
     Sabda Nabi saw Apabila kamu melihat gerhana, maka salatlah sampai matahari terang (selesai gerhana) menunjukkan arti bahwa salat tidak dilakukan sesudah selesainya gerhana. Yang dimaksud dengan selesainya gerhana adalah berakhirnya gerhana secara keseluruhan. Apabila matahari terang sebagian (baru sebagian piringan matahari yang keluar dari gerhana), maka hal itu tidak ada pengaruhnya dalam syarak (maksudnya waktu salat gerhana belum berakhir) dan seseorang (yang belum melaksanakan salat gerhana) dapat melakukannya, sama halnya dengan gerhana hanya sebagian saja (V: 340).  

                Imam an-Nawawi (w. 676/1277) menyatakan, “Waktu salat gerhana berakhir dengan lepasnya seluruh piringan matahari dari gerhana. Jika baru sebagian yang lepas dari gerhana, maka (orang yang belum melakukan salat gerhana) dapat mengerjakan salat untuk gerhana yang tersisa seperti kalau gerhana hanya sebagian saja [Raudlat at-Thalibin, II: 86].


E. Orang Yang Melakukan Salat Kusufain

            Dari penegasan pada sub D di atas, maka dapat difahami bahwa salat kusufain dilakukan oleh orang yang berada pada kawasan yang mengalami gerhana. Sedangkan orang di kawasan yang tidak mengalami gerhana tidak melakukan salat kusufain. Dasarnya adalah hadis yang disebutkan terakhir [huruf D] di atas yang mengandung katara’aitum (‘kamu melihat’), yaitu mengalami gerhana secara langsung, serta kenyataan bahwa Rasulullah saw melaksanakan salat gerhana ketika mengalaminya secara langsung. Hal ini sesuai pula dengan interpretasi para fukaha bahwa apabila gerhana berakhir, berakhir pula waktu salat gerhana, dan apabila matahari tenggelam dalam keadaan gerhana juga berakhir waktu salat gerhana matahari. Tenggelamnya matahari jelas terkait dengan lokasi atau kawasan tertentu sehingga orang yang tidak lagi mengalami gerhana karena matahari telah tenggelam di balik ufuk, tidak melakukan salat gerhana. Begitu pula pula apabila gerhana bulan terjadi di waktu pagi menjelang terbitnya matahari, maka waktu salat gerhana bulan berakhir dengan terbitnya matahari. Ibn Taimiyyah (w. 728/1328) menegaskan,

فإن صَلاَةَ اْلكُسُوْفِ وَاْلخُسُوْفِ لاَ تُصَلَّى إِلاَّ إِذَا شَاهَدْناَ ذَلِكَ [مجموع الفتاوى ، 24: 258] .

Artinya: Sesungguhnya salat gerhana matahari dan gerhana Bulan tidak dilaksanakan kecuali apabila kita menyaksikan gerhana itu [Majmu al-Fatawa, 24: 258].

                Perempuan juga ikut melaksanakan salat kusufain karena keumuman perintah melaksanakan salat gerhana dalam hadis-hadis yang dikutip di atas.

Wallahu a’lam bish-shawab. *sy)                

                                               

 Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah